24 Mei 2018

Nikmatnya Hidup tanpa Hutang, Mitos atau Fakta?


Apakah Anda termasuk orang yang menghabiskan sebagian besar hidup hanya untuk mengangsur hutang? Penghasilan setiap bulan selalu habis hanya untuk mengangsur hutang? Jika Ya, segera akhiri penderitaan tersebut, karena betapa nikmatnya hidup tanpa hutang.  Apakah menurut Anda ini mitos atau fakta?  Penulis akan mengupasnya untuk Anda di manapun Anda berada.

Ada sebuah keluarga kecil yang hidup di kota metropolitan.  Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sederhana. Suami istri bekerja sebagai karyawan dengan gaji per bulan mencapai Rp10 juta bila digabungkan.  Mereka sangat berhasrat membeli rumah di pinggiran kota, tapi tidak memiliki cukup dana.  Solusinya, mereka mendatangi satu per satu bank yang ada di kota untuk mencari informasi tentang kredit pemilikan rumah.  Di salah satu bank, mereka bertemu customer service kredit konsumtif, bertanya tentang prosedur pengajuan kredit pemilikan rumah.  Lalu customer service memberi solusi kepada suami istri tersebut untuk menunda pengajuan kredit karena penghasilan mereka berdua belum mencukupi.  Karena merasa kurang puas akan jawaban yang diperoleh, pergilah mereka ke bank lain.  Dan akhirnya mereka mendapat jawaban yang diinginkan.

Beberapa hari kemudian keluarga kecil tersebut mempersiapkan segala persyaratan pengajuan kredit termasuk rumah yang ingin dibeli.  Seorang petugas bank datang ke rumah kontrakan setelah mengadakan perjanjian untuk bertemu sebelumnya.  Dengan nada ragu petugas bank tersebut menyampaikan tidak bisa menjanjikan akan disetujui sepenuhnya pengajuan kredit.  Alasannya karena penghasilan suami istri tersebut belum mencukupi.  Namun keluarga kecil tersebut memaksa bagaimana caranya agak bisa cair pengajuan kredit mereka.

Seminggu kemudian datanglah beberapa petugas bank untuk melakukan survey ke rumah tinggal suami istri tersebut dan juga melakukan survey ke lokasi rumah yang akan dibeli.  Setelah selesai melakukan survey, pihak bank menjanjikan akan memberi jawaban 1 minggu lagi.  Seminggu kemudian, saat-saat yang ditunggu pun tiba, dengan ekspresi senang keluarga tersebut mendapat telepon bahwa pengajuan kredit pemilikan rumah mereka disetujui, namun dengan plafon yang lebih rendah dari pengajuan.  Setelah berdiskusi dengan keluarga, akhirnya kredit tersebut tetap diambil.  Tentu dengan kesepakatan baru dengan pihak penjual rumah, bahwa kekurangan uang muka akan diangsur secara bertahap.

Bulan berikutnya, keluarga kecil tersebut pindah dari rumah kontrakan ke tempat tinggal yang baru, ya di rumah yang baru mereka beli.  Beberapa bulan angsuran bank lancar.  Namun ada masalah baru muncul, cicilan kekurangan uang muka pembelian rumah tertunggak.  Akibatnya, suami istri tersebut berusaha mencari pinjaman di sana sini, sampai menggadaikan sejumlah barang yang dimiliki.  Ya untuk sesaat masalah mereka dapat teratasi.  Namun masalah baru muncul lagi, mereka tidak bisa melunasi pinjaman di pegadaian.  Lalu rumah tangga mereka pun mengalami masalah, hampir setiap hari terjadi pertengkaran, suami istri saling menyalahkan.

Setelah melewati beberapa kejadian tersebut, datanglah penjual rumah untuk menagih kekurangan uang muka yang masih tersisa. Kemudian petugas bank pun datang untuk menagih tunggakan angsuran kredit. Begitu banyak beban yang keluarga tersebut rasakan, akhirnya mereka mengajukan restrukturisasi kredit.  Dan untuk melunasi kekurangan cicilan uang muka rumah, mereka akhirnya menjual mobil yang menjadi kendaraan operasional sehari-hari.  Setahun kemudian, sang suami berhenti bekerja karena perusahaannya  mengalami kebangkrutan.  Padahal sisa angsuran kredit rumah masih 3 tahun lagi.  Akhirnya setelah berdiskusi lagi, mereka putuskan untuk menjual rumah tersebut.  Sebagian dana penjualan rumah digunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Dan mereka mulai dari nol lagi menata kehidupan dengan mengontrak rumah di pinggiran kota.

Cerita di atas merupakan sebagian kecil dari kenyataan hidup yang dialami banyak orang.  Pelajaran yang dapat diambil adalah jangan memaksakan sesuatu diluar kemampuan keuangan Anda.  Belajarlah untuk menjalani hidup apa adanya, tanpa dibebani banyak hutang.  Kalau Anda sampai terpaksa berhutang, ikutilah aturan yang sudah dianjurkan para ahli keuangan dunia, yaitu angsuran kredit maksimal 30% dari total penghasilan Anda per bulan. Dan Anda pun akan merasakan betapa nikmatnya hidup dengan hutang sedikit apalagi hidup tanpa hutang.  Jadi ini fakta bukan mitos.

Artikel Terkait

2 comments

Wow, syukur sudah meninggalkan hutang. Ini fakta kok


EmoticonEmoticon